Dalam kesempatan tersebut, Nasaruddin Umar juga menekankan pentingnya meraih haji mabrur, bukan sekadar makbul. "Makbulnya haji ialah ketika seluruh rukun dan syarat dipenuhi, maka insya Allah hajinya makbul.
Pemerintah dapat merealisasikan wacana ini dengan menambah embarkasi jemaah dan memperluas jadwal mendarat di bandara Arab Saudi.
Langkah ini diharapkan mampu menyeimbangkan biaya perjalanan dengan pelayanan best, sekaligus menjaga keberlanjutan finansial haji tanpa membebani calon jemaah di masa mendatang.
Ironisnya, logika kolonial ini masih bisa beresonansi jika kita gagal menangkap makna substantif haji. Bila ibadah haji sekadar berhenti sebagai seremoni spiritual tanpa menjelma menjadi praksis sosial yang inklusif, maka ia tidak akan mampu menjadi medium transformatif.
Rapat koordinasi ini dianggap sebagai langkah penting dalam memastikan ketersediaan energi yang cukup bagi masyarakat Sumbagut.
Haji tidak lagi bisa dimaknai sebatas ibadah ritual yang bersifat individual-person. Ia telah berkembang menjadi praktik keagamaan transnasional yang melibatkan interaksi kompleks antara negara, teknologi, regulasi, serta dinamika sosial lintas budaya.
Ia juga mengingatkan, salah satu ciri dari haji yang mabrur adalah perubahan sikap dan perilaku yang mencerminkan pesan Nabi Muhammad Noticed, yaitu santun dalam berkata, menebar kedamaian, serta peduli terhadap sesama.
Subsidi yang digunakan selama ini, kata Zainut, berasal dari hasil investasi dana haji jemaah masa tunggu.
“Kami berharap para jemaah bisa menyampaikan berita-berita baik kepada sanak saudara tentang haji ini. Jangan sebaliknya. Dan mohon jaga kesehatan serta taati semua arahan pembimbing juga petugas,” pesan Affan.
“Semoga kontribusi KPI bisa menginspirasi perusahaan lainnya untuk mendukung kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya,” kata dia.
Berbagai upaya telah dipersiapkan sebagai bentuk mitigasi risiko guna memastikan keandalan kilang dalam memproduksi BBM dan Avtur sesuai rencana.
Pelaksanaan ibadah haji 2025 menjadi titik penting dalam sejarah tata kelola haji Indonesia. Selain sebagai momen ibadah agung bagi umat Islam, haji tahun ini hadir di tengah masa transisi pengelolaan menuju otoritas penuh Badan Pengelola Haji (BPH) pada 2026.
Namun, inovasi struktural ini perlu dilengkapi dengan inovasi kultural—yakni pembangunan kesadaran bahwa haji adalah ibadah pelayanan, ibadah transformatif. Ia bukan sekadar perjalanan ke Tanah Suci, tapi perjalanan batin menuju kematangan spiritual dan komitmen sosial.
“Dengan dukungan operasional 24 jam dan penerapan standar mutu yang ketat, kami memastikan ketersediaan avtur dalam jumlah check here memadai dan kualitas terbaik sepanjang musim haji,” ujarnya.